Selasa, 13 Maret 2012

Kebun Teh

Disekitar Lokasi Kami ada perkebunan Teh PT. Perkebunan Nusantara VIII dengan ketinggian 1230 M diaatas permukaan air laut untuk mencapai lokasi berjarak 1,2 KM dengan waktu tempuh normal 45 menit

Rabu, 15 Februari 2012

Anak Anda Beranjak Remaja? Ini Cara Berkomunikasi yang Pas

Punya anak yang beranjak remaja ternyata butuh strategi sendiri. Maklum, mereka sedang dalam masa transisi pencarian jati diri. Jika orang tua terlalu keras, anak bisa-bisa mencari oase di luar rumah. Namun, bila terbilang longgar, dampaknya pun tidak lebih baik. Si remaja ini amat mungkin juga terjerumus dalam pergaulan bebas.

Bagaimana menghadapi ini? Psikolog anak, Elly Risman Musa, menyarankan, untuk gaul dengan anak-anak remaja yang orang tua butuhkan bukan hanya pengetahuan tentang apa-apa yang sedang in pada kehidupan anak remaja. Yang paling penting adalah sikap kita sebagai orang tua. Sebagai orang tua remaja, kita harus mengontrol emosi dan menempatkan diri sebagai sahabat untuk mereka.

Dengan sikap menerima, remaja merasa dipahami dan secara otomatis mereka akan terbuka pada orang tua. Hindari kata-kata menduga terlalu jauh seperti ''Kamu pasti sudah menonton VCD porno. Teman-temanmu kelihatannya anak-anak nakal!!''

''Bangunlah kepercayaan remaja pada orang tua sehingga mereka aman dan nyaman berbicara pada kita,'' ujar Elly. Sesungguhnya, lanjutnya, mereka memiliki banyak masalah dan membutuhkan teman bicara yang dapat menjadi pendengar yang baik. Jika orang tua menjadi teman curhat remaja berarti Anda menjadi orang tua yang gaul.

Anak akan berbicara dengan bahasa atau kata-kata yang biasa mereka gunakan dengan teman. Jika orang tua kurang paham, orang tua dapat bertanya tentang makna bahasa mereka. Secara langsung Anda mengetahui istilah-istilah mereka.

Makin banyak Anda kenal dan sesekali menggunakan kata-kata itu, anak makin merasa dekat dengan orang tua. Selanjutnya kita benar-benar menjadi sahabat remaja.

Anak Susah Makan, Jangan Dipaksa

Anak kecil umumnya susah disuruh makan di usia 1-5 tahun. Biasanya, orangtua melakukan berbagai cara agar si anak mau makan demi menjaga pertumbuhan si Anak.

Ingat satu kunci penting, jangan pernah paksa anak makan ketika dia memang tidak mau makan. Ketika Anda memaksa dia makan padahal dia memang tidak mau atau susah makan, itu bisa membuat si anak malah semakin jauh dari makanan.

Karena ketika tiba waktu makan, anak selalu merasa ketakutan akan Anda paksa sehingga dia malah benar-benar tidak mau makan. Kondisi ini bisa terbawa sampai dia dewasa nanti.

Buatlah suasana makan menjadi hal yang menyenangkan. Setidaknya dengan cara makan bersama keluarga dan si anak melihat betapa lahapnya anggota lain makan, itu akan membuatnya ikut makan.

Membuat variasi menu juga penting untuk membuat anak mau makan. Anda bisa membuat omelet nasi dan sayuran, orak arik telur, kentang dan wortel atau nasi goreng telur. Lebih menarik lagi Anda bisa sajikan makanan tersebut semenarik mungkin.

Sebuah penelitian menyebutkan anak-anak lebih suka melihat makanan dengan warna yang banyak dan juga bentuk yang lucu-lucu. Tidak ada salahnya Anda meluangkan waktu sedikit untuk itu semua demi anak tercinta.

Berikan Banyak Pujian dan Anak Akan Jadi Hebat

Perilaku orangtua dalam mendidik sejak dini ternyata berkorelasi langsung dengan sikap, pribadi buah hati di masa mendatang. Jika salah melakukan pengasuhan, yang terjadi justru anak mempunyai sifat atau sikap negatif. Lalu bagaimana mendidik anak yang tepat sehingga menjadi anak hebat (incredible).

Tak ada sekolah khusus untuk menjadi orangtua. Tetapi, orangtua tetap perlu belajar menerapkan pola pengasuhan yang positif pada anak agar dapat membentuk karakter positif anak di masa depan.

Hanny Muchtar Darta dari EI Parenting Consultant saat talkshow "Pentingnya Kecukupan Asupan Vitamin & Mineral Agar Anak Incredible" yang digelar oleh Scott's Multivitamin di Cilandak Town Square, Jakarta Selatan, mengungkap beberapa tips ataupun trik yang bisa menjadi rujukan:

1. Berkomunikasilah secara positif
Orangtua harus mempunyai persepsi bahwa anak itu unik dan mempunyai perbedaan dibandingkan anak yang lainnya. Jadi orangtua harus mempunyai kemampuan untuk membangun bakat yang dimiliki dengan cara yang positif. Kalau ibu ingin anaknya belajar bukan bilangnya "Jangan malas-malas". Tapi akan lebih baik jika mengatakan "Ayo dong semangat belajar".

2. Hindari membandingkan dengan adik, kakaknya atau dengan anak lain.
Jangan membandingkan dengan yang lain, tapi bandingkan dengan kemajuan yang diperoleh buah hati. Jangan mengatakan "Kakak kamu lebih hebat atau kakak kamu lebih rajin belajarnya, jadi kamu harus seperti dia dong. Harusnya "Loh kamu kemarin nilai Matematika dan Bahasa Inggris nilai kurang, seharusnya nanti harus lebih baik".

3. Dorong anak untuk ikut kompetisi.
Anak yang berusia 5-8 tahun lagi senang-senangnya berkompetisi karena dari segi kognotifnya lagi senang-senangnya untuk menunjukkan kebisaannya dan kemampuan yang dimilikinya. Tapi kalau sudah 12 tahun keinginan untuk berkompetisi turun. Jadi kalau ingin membentuk anak yang hebat, ajaklah berkompetisi sejak kecil.

4. Hindari memotong pembicaraan.
Seringkali dilakukan orangtua yang tidak sabar mendengarkan dan selalalu menyalahkan. Yang harus dilakukan adalah mendengarkan terlebih dahulu dengan penuh perhatian. Anak juga ingin dihargai pendapatnya. Jika ini dilakukan bisa melatih anak berani mengemukakan pendapat, atau gagasan yang dimilikinya.

5. Fokus pada tujuan
Terkadang orangtua asal memerintahkan. Misalnya, mengatakan jangan lupa baju olahragamu dibawa pulang atau mengatakan jangan malu bertanya nanti sesat di jalan. Lebih baik mengatakan, "Kalau berani bertanya, itu tanda anak cerdas,". Jadi bicaranya lebih positif sehingga membuat anak menjadi terinspirasi.

6. Memberikan banyak pujian, tentunya di tempat dan waktu yang tepat
Terlalu banyak waktu Anda yang terbuang jika hanya mengkritik sikap buruk buah hati. Sebaliknya, Anda jadi kekurangan waktu untuk memberinya pujian atas sikap positifnya. Ada kalanya, sesekali Anda perlu mengucapkan, "Mama senang, lho, lihat kamu membereskan mainan dan menyimpannya di tempat semula."

7. Berikan pelukan, belaian, dan ciuman
Biasakan memeluk buah hati hingga 12 kali sehari. Tujuannya supaya ia merasakan adanya kedekatan, kehangatan sehingga mampu membangun ikatan emosional yang baik disamping anak akan merasa diterima dan didukung oleh orangtuanya.

8. Membangun aturan sederhana.
Melatih kedisiplinan bisa dilakukan dengan membangun rutinitas misalnya: jam makan, jam tidur, makan pada tempat yang benar, dan lain sebagainya. Ini akan melatih anak hidup secara disiplin. Meski demikian, sebagai orangtua harus memberikan contoh melakukan kedisiplinan. Jangan terus dilanggar.

9. Hindari untuk bicara dengan anak ketika sedang mengalami emosi negatif
Belajarlah untuk memaklumi hal-hal yang bisa memicu anak kesal dan jengkel. Umumnya, perasaan tidak nyaman ini dialami anak-anak saat dia sedang kelelahan, saat Anda terlalu menuntutnya berbuat lebih, saat dia lapar, dan saat dia sakit. Minimalisasi kondisi-kondisi yang membuatnya tidak nyaman ini untuk mengurangi kejengkelan pada anak.

Mengapa Anak Berperilaku Buruk?

Perilaku agresif terkadang lazim ditemui pada anak-anak usia dibawah lima tahun (balita). Namun jika perilaku tersebut masih bertahan sampai ia bersekolah TK atau SD, hhhm bisa jadi ada yang salah dengan pola asuh ibunya.

Para peneliti dari Universitas of Minnesota, Amerika Serikat, menyebutkan pada umumnya pembawaan bayi adalah tenang. Tetapi pada satu masa di awal usia balita, anak bisa punya kebiasaan suka memukul. Sifat agresif itu mencapai puncaknya saat balita berusia 2,5 tahun, kemudian mereda.

Menurut teori, balita berusia 4 tahun lebih bisa dikendalikan dibanding balita usia 2 tahun, dan anak berusia 6 tahun berperilaku lebih baik dibanding rata-rata anak usia 4 tahun.

Namun pada kenyataannya ada anak-anak yang berperilaku sulit diatur. Menurut Michael Lorber, peneliti yang melakukan riset ini, ada sebagian anak yang tetap berperilaku agresif sampai ia berusia 6 tahun.

"Anak yang masih bersikap agresif di usia TK atau kelas I sekolah dasar berpotensi besar membawa sikap itu sampai besar," kata Lorber.

Padahal, literatur menyatakan anak yang agresif, seperti suka memukul atau melempar benda saat tantrum, cenderung bermasalah di sekolah, beresiko tinggi depresi, bahkan suka melakukan kekerasan pada pasangannya kelak.

Dalam penelitian yang dilakukan Lorber terhadap 267 ibu dan anak, diketahui bayi usia 3 bulan pun sudah bisa meniru. Jika sejak bayi si ibu bersikap kurang sabar atau suka mengomel, besar kemungkinan bayinya akan tumbuh menjadi anak berperilaku buruk.

Sikap agresif anak juga bisa timbul dari pengaruh sekelilingnya, seperti tayangan televisi atau video games. Namun, Lorber menjelaskan bahwa pola asuh bukan faktor tunggal dalam pembentukan perilaku anak karena ada juga pengaruh faktor genetik.

Walau begitu, ia menyarankan agar orangtua memberi contoh perilaku yang baik pada anaknya. "Mulailah sedini mungkin. Menjadi orangtua yang sensitif dan merespon kebutuhan sosial dan emosional anak sangatlah penting," katanya.